ANAK TROUBLE MAKER

Suatu kali di sebuah acara perpisahan sekolah. Ada satu anak yang tiba-tiba naik panggung. Dia lalu mengambil gitar yang ada disitu. Ruangan yang tadinya ramai, seketika hening. Semua menunggu apa yang akan dilakukannya. Para guru berjaga, kalau-kalau si anak membuat keributan. Ya, anak laki itu boleh dibilang dikenal sebagai salah satu biang kerok. Prestasi rendah, tapi banyak masalah. Seperti kali ini, dari cerita yang beredar bahwa dia bisa lulus itu adalah sebuah mukjizat

Jrenggg!!! Dia menggenjreng gitar dengan kerasnya. Seisi ruangan tertawa. Dia malah ikut tertawa. Salah seorang petugas keamanan beranjak hendak menyuruhnya turun. Namun berhenti ketika seorang guru memberikan isyarat. 

Dengan tetap tertawa, si anak kemudian mulai memetik gitarnya. Kali ini dengan penuh perasaan. Ruangan mulai senyap. Denting gitar mengalunkan Lagu Hymne Guru. Mendayu.

ANAK

Para tamu menyeka air mata. Tak terkecuali aku. Guru-guru terlihat sesenggukan hingga petikannya berakhir. Dengan khidmat, anak laki itu lalu membungkuk memberi hormat. Kemudian turun dan menghampiri, menjabat tangan para guru. Menyerahkan kenang-kenangan, sebuah CD rekaman lagu-lagu ciptaannya sendiri. Luar biasa!

Si trouble maker malam ini membuat para guru menangis lagi. Namun tangisan haru. Tak menyangka bahwa seorang anak yang sehari-harinya bermasalah itu ternyata punya jiwa seni dan tahu berterima kasih. Bahwa anak-anak yang lebih berprestasi pun lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada gurunya. Larut dalam kebahagiaannya masing-masing.

Memang sering kudengar hal negatif tentangnya. Tak ada nilai plusnya. Dan bodohnya, aku terbawa arus ikut memberi cap buruk padanya. Begitupun yang lain. Namun malam ini aku tersadarkan. Sorry, Boy, I judge you. Kuharap kejadian ini juga bisa menyadarkan semua agar tak lagi menilai seseorang hanya dari luarnya saja.***

Leave a Reply