Daun jati yang pernah menjadi primadona pada jamannya

Penggunaan kemasan plastik sudah merambah ke seluruh sektor. Saya masih ingat dulu saat ke pasar tradisional, hampir semua belanjaan dibungkus dengan daun jati. Daun jati yang lebar dengan tekstur kasar dan ada bulu halus pada permukaannya. Mulai dari bungkus daging segar, bawang, cabe, dsb.

Plastik tentu juga sudah ada, hanya saja untuk mengemas produk seperti gula pasir, minyak goreng, dan tepung. Tidak semuanya dibungkus dengan plastik kantung bening. Jaman berubah. Kepraktisan dan efisiensi semakin dikedepankan. Penggunaan daun dirasa semakin kurang tepat.

Membungkus dengan daun membutuhkan lidi untuk pengikatnya (biting kalau orang Jawa bilang). Otomatis juga membutuhkan tulang daun kelapa untuk membuat biting itu. Jumlah daun pun mulai terbatas. Saya sekarang jarang sekali melihat pohon jati tumbuh. Entah di daerah pedesaan atau daerah yang masih banyak lahan perkebunan. Terasa sekali faktor praktis dan efisien tadi sepertinya yang menggeser peran daun jati sebagai pembungkus. 

Perubahan jaman didukung kemajuan teknologi akhirnya harus menggeser bahan alami yang tingkat produksinya pasti kalah cepat dengan barang pabrikan. Tak terkecuali daun jati yang pernah menjadi primadona pasar pada jamannya harus rela tergeser oleh beningnya plastik. Kuat, awet, tahan bocor (kecuali yang produk gagal atau terkena sesuatu yang tajam sehingga berlubang), dan tentu saja tidak perlu lidi untuk menyematnya. Satu plastik mampu menjawab banyak kebutuhan.***

daun jati

Leave a Reply

Your email address will not be published.