Kala Banjir Menyapa Manja Menyisakan Tanda Cinta
Ada yang tersisa dari banjir seminggu yang lalu. Capek. Ya, capek benar. Banyak barang di dalam rumah yang terkena air banjir itu. Tenaga yang ada tidak bisa mengejar aliran air yang deras itu. Terpaksa merelakan beberapa barang disapa manja oleh banjir. Membersihkannya mungkin akan butuh waktu lumayan lama.
Dari kejadian itu tetap coba mengambil sisi positifnya. Barang-barang yang selama ini menumpuk hanya tersimpan saja tanpa pernah disentuh, memang mungkin sudah waktunya untuk disingkirkan. Sudah ada beberapa kantung yang terbuang. Disamping basah, juga ternyata memang sudah tidak dibutuhkan lagi. Mencoba mengurangi tumpukan barang yang tidak perlu. Sepertinya akan menjadi PR besar dalam bulan ini.
Sapaan manja banjir yang baru kali ini terjadi dua kali dalam dua minggu ini mengharuskan lebih siap mengantisipasinya. Beberapa barang yang masih layak dipakai, sudah berencana untuk diberikan saja. Masih banyak yang membutuhkan di sekitar kita. Menimbun barang hanya mengurangi kapasitas tempat yang ada. Saatnya berbenah. Bukan menyalahkan banjir karena apa atau siapa tapi menginstropeksi diri atas keteledoran dan ketidaksiapan terhadap hal diluar dugaan.
Kembali ke diri sendiri untuk lebih bijaksana dalam membeli atau menyimpan barang yang secukupnya saja. Simpan yang penting, bukan yang penting simpan.***