HATIKU LUMER DALAM SEPOTONG ES KRIM
Panas menyengat tak menyurutkan kaki-kaki kecil legam itu berlarian dengan gembira. Aku yang sedang berteduh di bawah pohon tergelitik melihat keseruan mereka. Es krim yang menemaniku cepat sekali lumer.
Ah, padahal aku ingin menikmatinya dengan perlahan. Mereka berkejaran ke arahku. Saat sudah dekat, salah satu anak itu berhenti tiba-tiba hingga mengejutkan teman yang lain.
Mereka berbisik dan mencuri pandang ke arahku. Sejenak kemudian kembali berlarian sambil menggendong karung kotor di punggungnya. Penasaran aku! Apa ada yang salah padaku? Lama kucoba mencari jawabnya. Ah, entahlah…
“Adek! Sini!” teriakku memanggil empat bocah lelaki.
Mereka ini anak-anak yang kemarin mencuri pandang ke arahku.
“Mau ini?” tanyaku sambil menyodorkan es krim.
Mereka melongo, saling memandang tak percaya. Tatapan mata mereka seolah takut menyentuh es krim yang tak murah harganya itu. Ketika aku mengangguk meyakinkan, barulah mereka berhamburan menghampiriku.
Ada yang terasa lumer juga di hatiku. Sudah berapa lama tak kurasakan kebahagiaan seperti ini. Sederhana namun sangat hakiki. Ternyata benar dugaanku. Curi pandang mereka kemarin bukan ke arahku, melainkan ke arah es krimku.
Catatan kecil dari Kampung Pemulung, 14 Oktober 2019
***